Rabu, 24 Desember 2025

Tugas Terstruktur 11 - Analisis & Usulan Green Supply Chain

Analisis & Usulan Green Supply Chain Pada Produk Air Mineral Dalam Botol Plastik PET

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Konsumsi minuman dalam kemasan, khususnya air mineral botol plastik, mengalami peningkatan yang signifikan seiring berkembangnya pola hidup masyarakat yang menuntut kepraktisan. Di sisi lain, penggunaan kemasan plastik membawa konsekuensi lingkungan yang serius, seperti tingginya konsumsi bahan bakar fosil, kebutuhan energi dalam proses produksi, serta akumulasi limbah plastik setelah produk digunakan.

Dalam konteks tersebut, Green Supply Chain Management (GSCM) menjadi pendekatan penting yang mengintegrasikan pertimbangan lingkungan ke seluruh tahapan rantai pasok, mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, distribusi, hingga pengelolaan produk di akhir masa pakainya. Oleh sebab itu, kajian terhadap rantai pasok air mineral kemasan diperlukan untuk mengidentifikasi sumber dampak lingkungan utama sekaligus merumuskan alternatif perbaikan yang lebih berkelanjutan.

1.2 Pemilihan Produk
Objek analisis dalam kajian ini adalah air mineral dalam botol plastik PET berukuran 600 ml. Pemilihan produk ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu:
1. Tingginya tingkat konsumsi di masyarakat,
2. Rantai pasok yang melibatkan banyak tahapan dan aktor,
3. Isu lingkungan yang menonjol, terutama terkait limbah plastik pascakonsumsi.


2. Pemetaan Rantai Pasok Konvensional

2.1 Tahapan Rantai Pasok

Rantai pasok konvensional air mineral kemasan terdiri dari beberapa tahapan utama yang saling terhubung dari hulu hingga hilir.

2.2 Penjelasan Setiap Tahapan

Pemetaan rantai pasok konvensional dilakukan untuk memahami alur material, informasi, dan produk pada air mineral dalam botol plastik PET 600 ml, mulai dari pengadaan bahan baku hingga akhir masa pakai produk. Pemetaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tahapan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan terbesar.

Diagram Alir Rantai Pasok Konvensional

Pengadaan Bahan Baku
(Resin PET Virgin, Air Baku)

Produksi & Pengemasan
(Pengolahan Air, Pencetakan Botol, Pengisian)

Logistik Masuk & Keluar
(Transportasi Truk Diesel)

Distribusi & Ritel
(Gudang, Distributor, Toko)

Akhir Masa Pakai (End-of-Life)
(TPA / Daur Ulang Terbatas)


3. Analisis Dampak Lingkungan

Berdasarkan pemetaan rantai pasok tersebut, terdapat dua tahapan yang menjadi sumber dampak lingkungan paling signifikan.

3.1 Titik Kritis 1: Pengadaan Bahan Baku

Permasalahan Lingkungan:

Penggunaan plastik PET virgin yang bergantung pada bahan bakar fosil.

Tingginya emisi karbon yang dihasilkan selama produksi resin plastik.

Eksploitasi sumber daya alam yang bersifat tidak terbarukan.

3.2 Titik Kritis 2: Logistik dan Distribusi

Permasalahan Lingkungan:

Emisi CO₂ yang tinggi akibat penggunaan kendaraan diesel untuk distribusi jarak jauh.

Pemanfaatan kapasitas angkut kendaraan yang belum optimal.

Konsumsi bahan bakar berlebih akibat kemacetan dan rute distribusi yang tidak efisien.

4. Usulan Strategi Green Supply Chain Management (GSCM)

Untuk mengatasi dua titik kritis tersebut, dirumuskan tiga strategi GSCM yang bersifat aplikatif dan terukur.

Strategi 1: Pengadaan Ramah Lingkungan (Green Sourcing)

Prinsip GSCM: Green Sourcing

Deskripsi Strategi:

Mengurangi ketergantungan pada plastik PET virgin dengan menggantinya minimal 50% menggunakan plastik PET daur ulang (rPET).

Implementasi:

Menjalin kerja sama jangka panjang dengan pemasok rPET dalam negeri.

Mengembangkan dan mengadopsi teknologi pemrosesan rPET agar memenuhi standar keamanan pangan.

Menyesuaikan desain kemasan agar tetap berkualitas meskipun menggunakan bahan daur ulang.

Manfaat Lingkungan:

Menekan penggunaan bahan bakar fosil.

Mengurangi emisi karbon dari industri plastik.

Mengurangi jumlah limbah plastik yang masuk ke TPA.

Strategi 2: Logistik Ramah Lingkungan (Green Logistics)

Prinsip GSCM: Green Logistics

Deskripsi Strategi:

Meningkatkan efisiensi sistem distribusi melalui optimalisasi rute dan pemanfaatan kapasitas kendaraan.

Implementasi:

Pemanfaatan teknologi digital untuk perencanaan rute distribusi yang optimal.

Penggabungan pengiriman guna meningkatkan tingkat utilisasi muatan truk.

Peralihan bertahap ke kendaraan dengan emisi rendah, seperti standar Euro 4 atau kendaraan listrik.

Manfaat Lingkungan:

Penurunan emisi gas rumah kaca dari aktivitas transportasi.

Penghematan konsumsi bahan bakar.

Efisiensi biaya logistik dalam jangka panjang.

Strategi 3: Reverse Logistics

Prinsip GSCM: Reverse Logistics

Deskripsi Strategi:

Pengembangan sistem pengumpulan kembali botol plastik setelah digunakan oleh konsumen.

Implementasi:

Penerapan sistem insentif atau deposit untuk pengembalian botol bekas.

Kolaborasi dengan bank sampah dan pelaku UMKM daur ulang.

Edukasi masyarakat terkait pemilahan dan pengelolaan sampah plastik.

Manfaat Lingkungan:

Meningkatkan tingkat daur ulang kemasan plastik.

Mengurangi tekanan terhadap tempat pembuangan akhir.

Mendukung penerapan konsep ekonomi sirkular.

5. Kesimpulan dan Rekomendasi

Hasil analisis menunjukkan bahwa rantai pasok konvensional air mineral kemasan memberikan dampak lingkungan yang cukup besar, terutama pada tahap pengadaan bahan baku dan aktivitas distribusi. Penerapan strategi GSCM seperti penggunaan rPET, optimalisasi logistik, dan sistem reverse logistics terbukti berpotensi menekan dampak lingkungan sekaligus meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.

Rekomendasi:

Produsen air mineral disarankan untuk mengadopsi prinsip GSCM secara menyeluruh dan menjadikannya bagian integral dari strategi bisnis jangka panjang, bukan hanya sebagai respons terhadap tuntutan regulasi.

6. Daftar Pustaka 

1. Srivastava, S. K. (2007). Green supply‐chain management: A state‐of‐the‐art literature review. International Journal of Management Reviews.

2. Zhu, Q., & Sarkis, J. (2004). Relationships between operational practices and performance among early adopters of green supply chain management. Journal of Operations Management.

3. Guide, V. D. R., & Van Wassenhove, L. N. (2009). The evolution of closed-loop supply chain research. Operations Research.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar